Rock Climbing ( RC )

logo-divisi-rock-climbing (1)

Sejarah Panjat Tebing

SEJARAH PANJAT TEBING

Panjat tebing sudah dikenal sejak sebelum zaman PD I, terutama oleh kalangan militer Namun dalam perkembangannya kegiatan ini menjadi digemari masyarakat umum.

  • SEJARAH PANJAT TEBING DUNIA
    – 1910 Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen, sebelum PD I di Austria., Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun 1920. Tahun 1930 adalah tahun keemasan pemanjatan di kawasan Alpen. Mulai daritebing kecil, menengah hingga puncak -puncak tertinggi. Klimaksnya pada saat PD II meletus. PD menyebabkan frekuensi pemanjatan menurun, akan tetapi setelah PD berakhir membawa pengaruh pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing yang semakin mudah didapatkan.

– 1970 Panjat Tebing , ketika para pemanjat Amerika mengembangkan teknik-teknik baru di kawasan Yosemite.
Teknik-teknik ini sampai saat ini masih digunakan dalam pemanjatan tebing-tebing besar. Rata – rata yang mendomisili pengembangan dunia olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian menggunakan sistem dan teknik yang sama, yang sebelumnya terkotak kotak menurut negaranya masing masing. Selain itu juga turut berperan dalam pengembangan kegiatan ini adalah negara Perancis yang menawarkan teknik pemanjatan yang mengarah pada olahraga murni.

– 1980 perkembangan panjat tebing semakin meluas mulai dari Eropa, Amerika hingga Asia. Sehingga membuatnya terlepas dari induknya (mendaki gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olah raga panjat tebing.

  • SEJARAH PANJAT TEBING INDONESIA

– 1960 Di Indonesia panjat tebing dikenal sejak tahun 60`an dimana berdiri beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas Indonesia dan Wanadri yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung.

– 1975 kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri .
Waktu itu beberapa orang yang sekarang dikenal sebagai tonggak kebangkitan Panjat Tebing Indonesia antara lain Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat mulai latihan di tebing Citatah, Jawa Barat.

– 1988 kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang 3pemanjat profesional Perancis yaitu; Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corrine Lebrune serta seorang instruktur Teknis Panjat Tebing Jean Harau yang kemudian memunculkan inspirasi untuk mendirikan FGTI

– 1989FEDERASI PANJAT TEBING GUNUNGINDONESIA (FPTGI) dan melalui ikrar yang dikeluarkan oleh sekitar40`an orang dari perkumpulan PA yang ada di Jakarta, Bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di Tugu Monas tanggal 21 April 1988.

– 1992FPTGI kemudian berubah nama hanya menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dan FPTI diakui menjadi anggota Union Internationale des Assosiations d`Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasi panjat tebing dan gunung internasional. UIIA merupakan organisasi olahraga dunia yangbertaggung jawab pada semua kegiatan olahraga dunia termasuk Olimpiade.

– 1994 secara resmi FPTI diakui sebagai induk olahraga panjat tebing oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)

– 1996 Sejak itu Olahraga Panjat Tebing diikutkan dalam PON

Materi Rock Climbing

  1. DEFINISI PANJAT TEBING
    Panjat Tebing adalah Seni olahraga atau Hobi yang dilakukan dengan mengandalkan kelenturan dan kekuatan otot serta tekhnik tersendiri untuk memanjat mencapai Puncak Tertinggi.
  1. ETIKA PEMANJATAN
    Secara umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
    1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
    2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
    3. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
    Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
    1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
    2. Menjaga kelestarian alam.
    3. Merintis jalur baru.
    4. Memanjat jalur bernama.
    5. Pemberian nama jalur.
    6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain
  1. ALAT – ALAT PEMANJATAN
    Alat-alat yang diguanakan dalam pemanatan artificial
    1. Tali carmentel
    Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
    – Static adalah tali yang mempunyai daya lentur 6% – 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.

– Dynamic adalah tali yang mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

  1. Harnest adalah alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yg nantinya dihubungkan dengan tali.
  2. Carabiner adalah cincin kait yg terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dgn alat lainnya.
    – Karabiner Skrup/carabiner srew gate– Karabiner Snap/carabiner non screw gate
  3. Helmet adalah pelindung kepala yg melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.
  4. Webbing, peralatan panjat yg berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur, biasa digunakan sebagai harnest
  5. Prusik, merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan sbg pengganti sling runner dan juga dpt digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik, seperti pada SRT.
  6. Sepatu Panjat, sbg pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dpt melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras)
  7. Chock bag/Calk bag, sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yg berfungsi agar tangan tdk licin karena berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.
  8. Descender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yg sering digunakan adalah figure of eight dan auto stop.
  9. Ascender, peralatan yg digunakan untuk meniti tali ke atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan biasanya jumar dan croll
  10. Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yg paling tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.
  11. Hammer, berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.
  12. Pulley, mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yg berat. Digunakan untuk perlengkapan evakuasi.
  13. Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara manual, yg berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta hanger.
  1. SIMPUL YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN

Simpul – simpul yang digunakan dalam pemanjatan
1. Simpul Delapan Ganda
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.

  1. Simpul Delapan Tunggal
    Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.
  2. Simpul Pangkal
    Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
  3. Simpul Jangkar
    Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.

Simpul Jangkar

  1. Simpul Kambing / bowline knot
    Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
  2. Simpul Kupu – kupu / Butterfly knot
    Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
  3. Simpul Nelayan / Fisherman Knot
    Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%
  4. Simpul Frusik
    Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT
  5. Simpul Pita
    Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau berbentuk pipih (umumnya digunakan untuk menyambung Webbing)
  6. Simpul Italy
    Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.

o Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.
o Clove hitch knot
Untu mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
o Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
o Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
o Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat selesai dan turun dari tebing tanpa meninggalkan alat.

  1. BAGIAN – BAGIAN TEBING 
    – Poin : Bagian Pada Tebing yang bias dijadikan tempat Pegangan dan Pijakan
    – Rekahan : Bagian Tebing Yang retak membentuk rekahan
    – Rock : Bagian/ Poin tebing yang terjatuh kedasar tebing
    – Roof : Bagian Tebing yang berbentuk Kursi terbalik.
  1. JENIS ANCOR
    – Natural Ancor/ Penambat Alami adalah penambat alamiah yang tersedia oleh alam,Contoh : Batang pohon, Akar pohon, Batu besar yang dijamin kuat
    – Artificial Ancor/ Penambat Buatan adalah Alat yang didesain secara khusus untuk digunakan sebagai penambat, contoh : Piton, sky hook, Brigbo, ramset, hunger, stoper,
    Contoh – contoh Artificial ancor:
    1) Paku Piton
    Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
    2) Stopper
    Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi
    3) Sky Hook
    Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
    4) Ramset dan Hanger
    Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
    5) Friend
    Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran. Friend ada 2 macam :
    – Regular Friend
    Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
    – Fleksibel Friend
    Bentuknya sama dengan regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yg menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.
    6) Hexa
    Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).
    7) Chocker
    Alat bantu yg berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper yg terkait di celah batu.
    8) Etrier/tangga gantung &daisy chain
    o Etrier : alat yg terbuat dari webbing yg menyerupai tangga untuk membantu menambah ketinggian.
    o Daisy chain : terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.
  1. KODE – KODE YANG DIGUNAKAN DALAM PEMANJATAN
    Kode – kode pemanjatan adalah sebagai berikut :
    1. Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat
    2. Climbing : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia siap mengamankan
    pemanjat
    3. On Belay : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa pemanjat memulai
    memanjat
    4. Belay On : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bhw dia telah mengamankan
    pemanjat
    5. Full : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikencangkan
    6. Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikendorkan
    7. Rock : Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada
    batuan tebing yang jatuh
    8. Top : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak
    9. Belay of : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan
    lagi pengamanan
    10. Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa dia tidak mengamankan
    lagi
  1. JENIS PEGANGAN
    1. Open Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan dengan posisi tangan
    terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar
    2. Cling Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan degan menggunakan seluruh
    jari tangan dan dan agak mirip mencubit biasanya digunakan pada tebing
    yang permukaannya banyak tonjolan,
    3. Pinch Grip : Pegangan pada pemanjatan yang mirip dengan mencubit,dan
    mengandalkan kekuatan jempol dan telunjuk yang biasa digunakan untuk
    memegang poin – poin kecil pada tebing
    4. Poket Grip : Pegangan pada pemanjatan dilakukan dengan cara memasukkan jari – jari
    kedalam celahan/ lobang tebing, biasanya digunakan pada tebing
    limenstone ( kapur ) yang banyak memiliki poin lobang.
    5. Vertikal Grip : Pegangan pada pemanjatan yang bertumpu pada poin tebing dengan
    menggunakan kekuatan lengan untuk bertumpu dan menaikkan badan.
  1. JENIS PIJAKAN
    1. Frinction Steep : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depan
    dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
    2. Eadging : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan sisi luar kaki.
    3. Mearing : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan seluruh alas kaki
    (Pijakan Biasa)
    4. Hel Hooking : Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
    poin2 yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki
    untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya.
  1. JENIS – JENIS/ TEKHNIK PEMANJATAN
    1. Artificial Climbing
    Adalah olahraga yang dilakukan pada tebing-tebing dengan tingkat kesulitan yang tinggi dengan bermodalkan alat yang diselipkan pada celah-celah batu atau memanfaatkan pengaman alam (natural anchor).
    Artificial climbing ini dimana alat benar-benar digunakan sebagai penambah ketinggian disampin sebagai pengaman pemanjatan.
    2. Soloing
    Adalah Pemanjatan yang dilakukan dengan mengandalkan kekuatan tubuh untuk langsung mencapai top tanpa menggunakan pengaman, biasanya dilakukan oleh pemanjat profesional karna sangat berbahaya.
  2. Boldering
    Pemanjatan yang dilakukan untuk melatih kekuatan dan kelenturan badan yang biasanya dilakukan secara enyamping pada tebing – tebing pendek atau tebing buatan.
    4. Free Climbing
    Pada prinsipnya hampir sama dengan pemanjatan artificial hanya dalam free climbing alat digunakan hanya sebagai pengaman saja sedangkan untuk menambah ketinggian menggunakan pegangan tangan dan friksi (gaya gesek) kaki sebagai pijakan.
    5. Runer to runer
    Pemanjatan yang dilakukan tahap demi tahap,dilakukan pada pemanjatan yang sudah memiliki jalur yang berupa ancor/penambat, biasa juga diperlombakan pada wall buatan.
  1. SISTEM PEMANJATAN PEMANJATAN
    1. Alphine Tactis (Alpine Push)
    Adalah system pemnjatan yang mana pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun ke basecamp, jadi pemanjat selalu berada di tebing saat tidur sekalipun (tidur gantung/hanging bivouak).
    Didalam system pemanjatan ini segala aktifitas di luar pemanjatan akan dilakukan di tebing, untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar-benar diperhitungkan, misal kebutuhan makan, minum dan lain-lain. Penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas untuk mengangkat barang-barang yang banyak tersebut dengan teknik load carry sehingga membutuhkan personil minimal tiga orang (1 orang leader, 1 orang bellayer dan 1 orang load carry).
    2. Himalayan Tactic (Siege Tactic / Himalayan Style)
    Adalah Pemanjatan hanya dilakukan hingga sore hari, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya.
    Tali yang digunakan sampai picht terakhir ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan, Jadi sebelum melanjutkan pemanjatan leader dan bellayer jumaring sampai picht terakhir, baru kemudian melanjutkan pemanjatan. Kelebihan-kelebihan system ini adalah dalam pemanjatan cukup dibutuhkan dua personil untuk membuka jalur (leader dan bellayer), tidak diperlukan load carry dan hanging bivoak, walaupun hanya satu personel yang mencapai puncak pemanjatan sudah dianggap berhasil, yang terakhir pemanjat dapat melakukan istirahat dengan nyaman dibase camp. Kekurangan nya ialah membutuhkan banyak peralatan terutama tali, Panjang tali disesuaikan dengan panjang lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan, pemanjatan yang menggunakan system ini membutuhkan waktu lebih lama.
  1. MACAM – MACAM TEBING
    Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
    1. Batuan Limenstone Batuan yang banyak memiliki lobang – lobang dan berwarna putih.
    2. Batuan Beku- Andersit,berwarna hitam keabu-abuan massif dan kompak
    – Lava Andersit,seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis
    – Breksi lava,menyerupai batu breksi pada umumnya
    – Granit,berwarna terang dengan warna dasar putih
    3. Batuan Sedimen
    – Batu Gamping,berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau lubang,dan biasanya berlapis.
    – Breksi Sedimen,seperti halnya breksi lava tapi batu ini biasanya berupa batu pasir.
    4. Batu Metamorf
    Hampir sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan warnanya sangat beragam.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *